Penyebab Kenaikan Harga Minyak

 
Negara-negara OPEC menyatakan pasokan minyak mentah mereka tidak mengalami masalah dan negara-negara BRICA (Brazil, India dan China) tidak mengalami peningkatan permintaan minyak. Kongres AS kemudian melakukan penyelidikan penyebab utama kenaikan harga minyak mentah dunia ini, dan kesimpulan sementara terjadi manipulasi harga minyak mentah dunia oleh para spekulan.

Kenaikan harga minyak dunia dan komoditas internasional ini diawali dengan kejatuhan pasar keuangan global akibat gagal bayar subprime mortgage di AS. Peristiwa gagal bayar ini menyebabkan beberapa bank di Eropa mengalami kerugian dan memaksa Bank Sentral Eropa menyuntikkan modal bagi beberapa bank besar di Eropa.

Kondisi pasar keuangan dunia belum lagi pulih, tatkala seorang pialang dari Prancis yang bekerja di Societe General Bank bernama Jerome Kerviel melakukan transaksi curang yang mengakibatkan kerugian miliaran euro.

Fox Business News edisi 25 Februari 2008 menyatakan ada tiga hal yang menjadi ancaman perekonomian dunia saat ini. Pertama, keberadaan dana investasi senilai US$516 triliun yang siap diinvestasikan baik di pasar modal, pasar uang dan pasar komoditas. Kedua, etika bisnis yang buruk dari para pemimpin korporasi dan pialang di Wall Street. Masalah ketiga adalah keberadaan 35.000 pelobi yang mampu menentukan regulasi dan kebijakan ekonomi AS. Mereka juga bercokol di IMF dan US Treasury sehingga kepentingan para spekulan global untuk terus mengeruk keuntungan terjamin.
Perilaku spekulan global

Saat ini para spekulan dan manajer investasi sedang kebingungan mencari cara investasi baru, karena investasi di pasar keuangan tidak lagi menguntungkan. Hal ini terkait dengan pasar keuangan yang terus mengalami keterpurukan. Para manajer investasi tersebut selanjutnya melirik pasar komoditas global. Pasar komoditas global adalah bursa yang memperdagangkan berbagai jenis komoditas pertanian dan perkebunan.

Dalam pasar jenis ini, harga berbagai jenis komoditas primer seperti gandum, kopi, karet dan berbagai jenis komoditas hasil tambang seperti nikel, timah dan batubara diperdagangkan. Mekanisme yang terjadi sama dengan bursa saham, artinya ada risiko manajer investasi ”menggoreng” harga komoditas untuk mendapatkan keuntungan. Perilaku kecurangan seperti ini dampaknya kecil jika dilakukan dalam pasar saham, karena dampaknya tidak langsung terhadap nasib masyarakat kecil.

Namun jika hal ini dilakukan di pasar komoditas, risikonya harga komoditas global mengalami kenaikan sehingga nasib rakyat miskin di negara berkembang, yang tidak pernah melihat ataupun tidak paham dengan mekanisme perdagangan global bisa terkena dampaknya.

Proses ini sudah terjadi pada saat harga minyak dunia mencapai US$100 per barel.
Pertama kalinya harga minyak dunia menembus US$100 adalah ketika seorang spekulan minyak AS ingin tercatat dalam buku rekor sebagai orang pertama yang membeli minyak dengan harga US$ 100.

Sensasi tidak yang tidak bermutu tersebut, menjadi katalis kenaikan harga minyak dunia sehingga hampir semua penduduk dunia harus merasakan akibatnya.

Kelesuan pasar keuangan saat ini mendorong para manajer investasi dan spekulan global untuk mencari peluang investasi di manapun, termasuk di pasar komoditas. Dengan nilai dana liar US$516 triliun, perekonomian dunia terancam resesi. Hal ini terjadi karena perilaku tidak bermoral dari beberapa gelintir spekulan.

Pertanyaannya adalah mengapa para spekulan ini tidak berinvestasi dengan “cara yang benar” misalnya membangun pabrik atau meningkatkan kapasitas produksi perusahaan-perusahaan di berbagai negara sehingga ada nilai tambah dari investasi mereka yaitu terciptanya lapangan pekerjaan? Jawabnya adalah sebagian besar spekulan menginginkan perputaran uang dan keuntungan dengan cara cepat sehingga kaidah moral tidak diindahkan.

Restriksi, bisakah dilakukan?
Ekonom penerima hadiah Nobel, Joseph E Stiglitiz. dalam bukunya Making Globalization Work (2006) menyatakan penyebab utama kerentanan perekonomian dunia terhadap resesi adalah tidak ada regulasi di pasar keuangan dunia. Kebebasan perpindahan dana di berbagai pasar keuangan dunia justru menyebabkan pertumbuhan ekonomi berbagai negara di dunia bersifat semu. Artinya transaksi yang tercatat dalam penghitungan PDB hanya merupakan transaksi hot money dan tidak berdampak apapun terhadap perekonomian riil seperti pengurangan jumlah penganggur dan masyarakat miskin.

Uni Eropa mulai menyadari betapa berbahayanya perilaku spekulan global karena mereka merasakan dampaknya. Mereka juga menyerukan perlunya dunia mengatur atau menciptakan regulasi bagi pasar keuangan global. Bahkan spekulan global George Soros yang dituding berada di balik krisis ekonomi Asia tahun 1997 lalu, juga menyerukan perlunya regulasi dalam pasar keuangan global agar tindakan oportunisme yang dilakukan para manajer investasi nakal bisa diminimalisasi dampaknya.

Perkembangan terakhir dari hasil pertemuan Gubernur Federal Reserve Bank Ben Bernanke dan US Treasury menolak menyalahkan perilaku spekulan global dalam menyebabkan kenaikan harga minyak dunia. Hal ini berarti dugaan bahwa lobi para spekulan dan manajer investasi di pemerintah AS sangat kuat sampai-sampai mereka tidak menyadari bahaya yang mengadang perekonomian mereka sendiri.

Related Posts



0 comments:

Post a Comment